buku nota maya dibuka
panah dan busur halwa telinga
pekat malam di mana pandangku harus membuta
namanya yang terlayang di minda
lagunya yang tersiul di jiwa
aneh
*geleng kepala*
sampai saat ini aku tak bisa beritahu bagaimana anehnya
rindu pada wajah yang tidak pernah bersua
rindu tulisan penuh warna-warni di pulau pelanginya
rindu suara yang singgah di telinga tanpa tuannya ada
memang aneh
dan masih aku di hadapan buku nota maya
merenung dalam ke setiap bait tulisannya
panah dan busur sudah berganti nada
giliran tape, happy dan please memanah jiwa
untuk dia yang tiga jam di hadapan masaku
sumber inspirasi dan kekuatan hatiku
semoga kau baik-baik saja di sana
suatu ketika nanti bila kau kembali ke tanahair tercinta
aku berdoa kita bisa mengira bintang jatuh bersama
*senyum*
(pic taken by Wani's friend, Ikim )
Ini gambar Wani Ardy kat event "Hari Bintang Jatuh 2008", itulah kali pertama aku kenal siapa dia, hampir 2 tahun lepas. I'm so grateful I figured her out that year, because since then she had helped me a lot in a way that neither of us can really explain. *smile*
I hope, there will be another Hari Bintang Jatuh someday. Probably not this year as she is currently away. But I do really hope there will be one that I can actually attend someday. InsyaAllah.
updated (27th March,2010) : I just found out that her time should be 3 hours ahead of us in Malaysia, not 3 hours behind. Maka, instead of "3 Jam Di Belakangku", this poem should actually be "3 Jam Di Hadapanku", thus I edited some parts of the poem. Huhu, looks like I've got to take extra world geography class, huh?